Sunday, April 15, 2007

Dark Poets Society

DOA KEPADA YANG DATANG



Ya Tuhan, aku melihat bayangan kesombongan di kaki pintu
Langkah demi langkah seakan memberi awan suram ke dalam hati
Tatapannya memandang rendah kami
“Aku datang dengan pundi-pundi dan dapat kubeli harga nyawamu”
Gema di lidahnya berkata demikian

Ya Tuhan, kami tak bernilai di hadapan mereka
Pundi-pundi mereka berkuasa atas kami
Mata gelap mereka menghapus derajat kami
Istana dan silaunya batu berkilau telah membutakan mereka

Ya Tuhan, berilah kami jalan
Berilah kami kekuatan bertahan dalam awan gelap
Kami bertahan demi yang kami cintai
Kami yakin sinarMu ‘kan datang
Dan mengusir awan gelap yang membutakan hati mereka



UNTUK PARA PENJAGA MENARA

Tiada yang lebih hina selain nama besar kerajaanmu
Tiada yang lebih buruk selain langkah aroganmu
Tiada yang lebih nista dari cibiranmu kepada kami

Setiap katamu adalah siksa api bagi kami
Pandangan matamu selalu berkata, “Akulah sang penjaga, kaulah sang budak.”
Cibiranmu adalah hinaan bagi kami.

Jari telunjukmu selalu mengarah pada kami
Tepat diantara dua mata kami memandang
Dan siksa api selalu membakar hati kami

Mereka yang selalu datang berlapis kain kesombongan
Tidakkah mereka sadar? Tidakkah mereka berpikir?
Tingkahmu layaknya sang maha benar

Kami tak gentar dengan tatapan bodohmu
Kami tak gentar dengan siksa apimu
Kami tak gemetar mendengar derap sombongmu
Kami tak gemetar dengan wajah murkamu

Dalam doaku selalu terucap
Bersabarlah, Sang Khalik yang Maha Pemurah tidak akan membiarkan kita
Dalam mimpiku selalu kulihat
Pohon suka yang tumbuh rindang dimana kita akan bermain dibawahnya

Bawalah ketamakan kalian ke akhirat kalian
Bawalah api siksa kalian ke rumah tuannya
Karena kalian tak pernah menghormati yang hidup
Karena kalian tak pernah mengerti yang kalian jaga

Suatu saat kami akan berenang dalam lautan bahagia
Suatu saat kami akan pergi meninggalkan kerajaan kalian yang zalim
Kami akan bahagia melihat kerajaanmu jatuh
Kami akan bahagia melihat menaramu tak lagi berkuasa

…dari kejauhan kami melihatnya dan..
…kami ‘kan tersenyum.



KERAJAAN ZALIM

Begitu angkuh berdiri tegak ditengah mereka yang lemah
Lumbung-lumbung yang tersebar dipenjuru dataran
Ribuan budak menungguinya dengan hati gundah
Perisai besar menghiasi gerbang setiap lumbung

Hati yang buta pada para raja di menara
Mengeluarkan titah tanpa nurani
Tangan-tangan kotornya menggerakkan para budaknya
Bagaikan sebuah bidak catur

Dibawah perisai besarnya para budak berduka
Tersenyum menyimpan sakit dan luka yang tak akan sembuh
Jari-jari lemah dipaksa mengeruk pundi
Mata yang lelah menjamu matahari hingga rembulan

O, sang raja buta dan congkak
Akhir masamu sudah dekat
Musuh besarmu gagal kau runtuhkan
Kini para penjaga lumbung memusuhimu



DILLAH YANG DITINGGAL

Anak kecil, anak yang malang
Siang ini kamu sendiri
Anak pintar, anak yang patuh
Malam ini kamu direnggut kesunyian

Apa yang kamu lakukan saat arungi siang?
Apa yang kamu lakukan menjelang malam?
Awan yang menggoda sinar sang surya kikuk melihatmu
Bintang yang mengawal rembulan takjub akan ketabahanmu

Adakah sayap ibumu menghangatkanmu?
Adakah suara ayahmu menuntunmu?
Akankah ibu mengecup keningmu menjelang tidur?
Akankah ayah menggendongmu saat kamu lelah?

Anak kecil, anak yang malang
Lihat, sahabatmu sudah datang
Dengarlah, pintu beranda sedang diketuk
Masuklah kesunyian, sahabat abadimu



DI BALIK JERUJI BESI

Akankah ini berakhir?
Akankah ini berubah?
Tirai-tirai besi yang dihiaskan di hadapan kami
Kematian nurani kami secara perlahan

Aku heran dan bertanya-tanya
Perbudakan macam apa ini?
Aku meratap sambil terisak
Binatang apakah engkau?

Dibalik besi yang semakin kokoh
Aku tak tinggal diam
Tubuhku memang terkurung
Tetapi mata dan otakku menggapai garis-garis pantai

Lama baru aku tersadar
Ini sebuah ujian
Penderitaan hanya menunda kebahagiaan
Kepompong buruk akan melahirkan jasad baru


HARI YANG BAIK

Hari ini adalah hari yang baik.
Awan gelap yang merambah langit sejak fajar mulai menurunkan air hujan.
Entah kenapa aku sangat menyukai hujan deras.
Entah kenapa aku sangat suka kisah Nabi Nuh.
Aku suka bagian saat manusia dihancurkan oleh banjir besar.

Saat udara dipenuhi kucuran air deras ini, aku selalu bersuka.
Jalan raya nampak lebih gembira karena guyuran air segar ini.
Mungkin karena sepeda motor lebih memilih untuk berhenti dan berteduh.
Mungkin karena itu kesemerawutan jalan berkurang.
Itu berarti saat hujan besar adalah saat paling berbahagia.

Aku menyebut mereka itu syaitan.
Lihatlah tingkah mereka dijalanan seolah iblis yang mendapat restu illahi.
Mereka tidak pernah mau mengatakan “maaf” ketika mereka bersalah.
Mereka selalu melanggar paras-paras kebenaran dan berpikir bahwa mereka adalah putera Allah.
O’ para syaitan, kuda besi beroda dua, mengapa kalian bisa menjadi elemen kehidupan yang begitu rendah?

Saat ini aku menyusuri jalan-jalan basah dan angin dingin dengan gembira.
Air deras mengucur dari langit seolah berkata, “Minggir kalian, syaitan! Lagakmu begitu besar, akan tetapi kau begitu takut dengan air dari langit.”
Ah, begitu gembiranya melihat jalanan tanpa syaitan.
Seolah memang benar kata orang, “Ketika sepeda motor melewatimu, berarti Tuhan sedang lengah.”

No comments:

Powered By Blogger