Tak kenal istirahat
Pulau Onrust yang dapat dicapai dari Jakarta dalam waktu kurang lebih 30 menit ini mulai memainkan peranan pentingnya di abad ke 17. Waktu itu pulau ini berperan sebagai dermaga untuk persinggahan dan perbaikan kapal-kapal dari Eropa. Bahkan Kapten James Cook sebelum ke Australia pernah singgah dan memperbaiki kapalnya di Onrust pada tahun 1770.
Onrust sendiri dalam bahasa Belanda artinya adalah ‘Tak pernah istirahat’ atau dalam bahasa Inggrisnya adalah Un-rest. Sebutan Onrust diberikan oleh orang-orang Belanda karena kesibukan di pulau ini yang seperti tak kenal istirahat. Sedangkan masyarakat lokal menyebut pulau ini sebagai Pulau Kapal. Karena begitu banyaknya kapal-kapal yang singgah di pulau ini. Sebagai tempat persinggahan dan perbaikan kapal, Onrust semakin memiliki fungsi penting dari waktu ke waktu dalam mendukung armada laut Belanda di Pulau Jawa.
Karena fungsinya yang begitu penting, tahun 1800, Inggris dibawah pimpinan H.L. Ball menggempur kekuatan Belanda di pulau ini. Tidak sampai disitu, di tahun 1806 dan 1810 Inggris menggempur kembali kekuatan Belanda di Onrust.
Tahun 1828-1848, Pulau Onrust mulai kembali dibangun dibawah pimpinan Baron Van Der Capellen dengan mengerahkan tenaga dari orang-orang Cina, pribumi dan para tawanan. Sayangnya semenjak Belanda membangun Pelabuhan Tanjung Priok, fungsi dari Onrust mulai berkurang. Tidak banyak lagi kapal-kapal yang singgah di Onrust. Cuma ada sebagian kecil saja yang diperbaiki disini.
Kekuatan Belanda di Pulau Onrust menjadi benar-benar hancur ketika pada tahun 1883 sebuah gelombang besar yang diakibatkan oleh letusan Gunung Krakatau meratakan semua bangunan sekaligus menghancurkan galangan kapal di pulau tersebut.
Semenjak itu, pulau yang dikenal ‘tak pernah istirahat’ ini menjadi benar-benar ‘beristirahat’. Tak ada lagi kehidupan di pulau ini hingga pada tahun 1911 dimana pemerintah Belanda menjadikan pulau Onrust sebagai pulau rumah sakit dan karantina haji. Pada waktu itu, rombongan calon haji yang akan menuju Mekkah harus tinggal dulu di pulau ini untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan laut. Maklum saja karena waktu itu rombongan haji tidak menggunakan pesawat terbang namun menggunakan kapal laut.
Keberadaan karantina haji di pulau ini tidak berlangsung lama. Tahun 1933 pulau ini kembali ditinggalkan dan kosong. Menjelang zaman kemerdekaan, tepatnya saat masuknya Jepang, Onrust semakin tidak mempunyai peranan sepenting dulu lagi. Pada masa awal kemerdekaan, Onrust dimanfaatkan sebagai rumah sakit dan karantina untuk penyakit menular dibawah pengawasan Departemen Kesehatan R.I.
Tahun 1960, pemerintah menggunakan pulau ini sebagai tempat penampungan gelandangan, pengemis dan untuk pelatihan militer hingga tahun 1965. Sempat juga dijadikan sebagai tempat tahanan politik. Keberadaan bangunan penjara masih dapat dilihat hingga kini sebagai bangunan yang terlihat relatif masih baru.
Setelah tahun 1965, Onrust kembali ‘beristirahat’. Disaat itulah sering terjadi penjarahan barang-barang material oleh warga Jakarta. Banyak bangunan-bangunan kuno seperti benteng dan rumah-rumah jaman kolonial yang dihancurkan untuk diambil batu batanya. Beberapa benda-benda bersejarah seperti barang-barang pribadi yang tersimpan juga tak luput dari penjarahan.
Onrust semakin lama menjadi pulau mati yang tak terawat sama sekali. Hingga pada tahun 1972, pemerintah daerah DKI Jakarta dibawah Gubernur Ali Sadikin menetapkan Onrust sebagai Cagar Budaya.
Para pendukung Onrust
Berwisata ke Pulau Onrust pasti tak luput dari tiga buah pulau disekitarnya yang terkait erat dengan Onrust. Tiga pulau tersebut adalah Bidadari, Cipir dan Kelor. Berbeda dengan Onrust, fungsi utama dari tiga buah pulau ini adalah sebagai benteng pertahanan. Hingga saat ini masih dapat dilihat sisa-sisa fondasi dari benteng dan kincir angin. Untuk memperkokoh kekuatannya di perairan Jakarta, Belanda membangun masing-masing satu benteng yang diberi nama Martello di pulau-pulau tersebut.
Di Pulau Kelor yang hanya berjarak 10 menit menggunakan kapal motor dari Onrust, masih dapat terlihat sebuah benteng yang berbentuk lingkaran. Di pulau ini memang tidak ada bangunan lain selain Benteng Martello. Kapal motor berukuran sedang pun susah merapat di pulau ini karena ukuran pulau yang sangat kecil dan dikelilingi perairan dangkal yang dipenuhi batu karang.
Pulau Cipir yang letaknya dekat dengan Onrust, juga memiliki sejarah yang tak jauh berbeda. Namun keadaan di Pulau Cipir saat ini lebih terlihat sebagai bekas karantina haji dan rumah sakit daripada sebuah pulau bekas pertahanan Belanda. Sisa-sisa zaman kolonial hampir tak terlihat sama sekali kecuali sebuah fondasi melingkar yang diyakini dulunya adalah bagian dari benteng Martello.
Kesan seram dan angker masih lekat di pulau ini. Bangunan-bangunan yang tampak hanya tinggal berupa puing-puing dan reruntuhan. Menurut petugas taman nasional, sisa-sisa bangunan bersejarah di pulau Onrust dan sekitarnya sudah terkubur dalam beberapa lapisan. Jadi untuk menemukan semua sisa bangunan di era VOC, harus dilakukan penggalian yang dikhawatirkan akan merusak sisa-sisa bangunan di atasnya.
Dibandingkan dengan ketiga pulau diatas, pulau yang keempat yaitu Pulau Bidadari terlihat jauh lebih baik perawatannya. Pulau ini memang dikelola oleh pihak swasta sebagai pulau rekreasi. Dermaga di Pulau Bidadari terlihat lebih bagus dan lebih banyak kapal motor yang merapat disana. Beberapa penginapan berupa cottage juga terlihat rapih dan teratur. Di akhir pekan, banyak warga Jakarta yang menghabiskan waktu untuk berlibur disini. Selain itu, disini juga terdapat pusat penangkaran biawak dan pusat pembibitan berbagai tanaman.
Jika anda tertarik untuk melihat lebih ke dalam, anda akan menemukan sebuah bekas benteng Martello yang keadaanya masih cukup terawat. Benteng dengan cirri khas berbentuk lingkaran ini terdapat di pinggir pulau dengan pohon-pohon besar yang mengelilinginya. Meskipun sudah tidak utuh lagi, namun bentuk bangunan utama masih terlihat jelas dan lorong-lorong benteng juga masih terawat baik. Jika anda menyusuri lorong, maka anda akan menjumpai sebuah gudang yang dulunya dipakai untuk penyimpanan mesiu.
Maria Van De Veldes
Mempelajari sejarah di Pulau Onrust tak lengkap rasanya jika tak menyimak kisah-kisah gaib di pulau ini yang sampai sekarang masih sering dibicarakan orang. Jika anda berkesempatan mengunjungi Onrust, anda pasti akan mendengar kisah Maria si putri Belanda.
Konon Maria Van De Veldes adalah putri dari seorang pimpinan Belanda di Pulau Onrust. Namun dari sekian banyak warga Belanda yang mati di Onrust, hanya Maria lah yang hingga saat ini masih sering melakukan ‘penampakan’. Bahkan menurut petugas setempat, bulan Agustus 2008 sepasang muda-mudi yang sedang bermesraan di Onrust terpaksa lari pontang-panting karena ‘dikerjai’ oleh Maria.
“Setiap orang yang punya niat nggak baik disini pasti akan diganggu Maria”, kata si petugas.
Tidak sampai disitu, petugas taman arkeologi juga menunjukkan tempat dimana Maria Van De Veldes sering menampakkan diri.
“Anda lihat pohon-pohon yang kering disana? Nah disitulah Maria sering berayun-ayun dengan gaun warna merah,” kata petugas sambil menunjuk ke arah lima buah pohon yang nampak kering. Yang aneh adalah semua pohon di pulau ini nampak rindang kecuali lima buah pohon yang ditunjuk oleh petugas itu.
Jadi, jika anda berkesempatan mengunjungi pulau Onrust, jauhkanlah semua pikiran-pikiran dan niat negatif. Anda tentu tak ingin kejadian bulan Agustus 2008 tadi menimpa anda juga bukan?
Di sisi timur pulau, terdapat sebuah kompleks pemakaman pribumi dimana salah satu dari makamnya diyakini sebagai makam dari Kartosuwiryo, tokoh pemberontak DI/TII. Tidak sulit untuk menemukan makam Kartosuwiryo. Makamnya berbentuk sebuah rumah kecil dan didepannya terdapat sebuah tulisan ‘Makam Keramat’.
Jemaah Haji tempo dulu.
Tahun 1911 hingga 1933 Pulau Onrust dan sekitarnya berubah fungsi menjadi karantina Haji. Beberapa bangunan fasilitas Haji masih dapat dilihat hingga sekarang meski kondisinya banyak yang sudah rusak berat dan bahkan hanya tinggal fondasinya saja.
Di antara sisa-sisa bangunan, dapat terlihat bekas bangunan barak Haji dengan bekas tiang pancangnya yang masih utuh. Dari letak tiang-tiangnya dapat diketahui betapa sempitnya dulu ruangan dalam barak tersebut. Sisa-sisa bangunan lainnya adalah ruangan untuk fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, rumah dokter dan tempat rawat inap pasien. Satu-satunya bangunan yang masih berfungsi hingga saat ini adalah bekas rumah dokter yang kini menjadi Museum Onrust.
Selain Pulau Onrust, Pulau Cipir yang letaknya cukup dekat juga dijadikan tempat untuk karantina Haji. Dahulu para rombongan Haji yang tiba dari tanah suci harus dikarantina di Pulau Cipir. Setelah itu mereka baru boleh menuju Onrust untuk kemudian dipulangkan ke Jakarta. Penyebrangan ke Onrust dari Pulau Cipir dulu menggunakan sebuah jembatan yang menghubungkan kedua pulau. Saat ini jembatan tersebut sudah tidak utuh lagi meski jalur utamanya masih jelas terlihat.
Di Pulau Cipir, fasilitas yang dibangun lebih banyak untuk fasilitas kesehatan. Disini masih bisa disaksikan bekas bangunan rumah sakit besar, rumah dokter dan beberapa ruangan rawat inap. Di Pulau Cipir ini juga masih bisa disaksikan bekas fondasi benteng Martello yang pada tahun 1850 hancur karena gelombang tidal.
Selain Onrust
Menghabiskan waktu untuk berwisata sejarah di taman arkeologi Onrust memang menyenangkan. Bagi yang hobby fotografi, selain belajar sejarah dapat juga menemukan objek foto menarik di pulau ini. Jika anda ingin menghabiskan waktu dengan menginap, anda bisa menginap di Pulau Bidadari yang suasananya cukup tenang untuk bersantai. Atau jika anda ingin yang bersuasana lebih meriah sedikit, anda bisa menginap di Pulau Untung Jawa yang berjarak hanya sekitar 20 menit dari Onrust.
Pulau Untung Jawa memang dikenal sebagai desa wisata bahari. Disini sudah banyak tersedia homestay, restoran dan bahkan tempat penyewaan sepeda. Berbagai paket perjalanan wisata ke pulau ini juga banyak ditawarkan. Untung Jawa juga dikenal sebagai tempat andalan para pemancing yang datang dari Jakarta.
Mulai sekitar pukul 16.00 WIB, ratusan burung akan terbang menuju pulau ini untuk istirahat. Jika langit bersih, pemandangan indah matahari terbenam sambil ditaburi ratusan burung yang terbang melintas akan menjadi pemandangan indah yang tak terlupakan. Sayangnya karena kurang pedulinya warga Jakarta terhadap lingkungan, sampah-sampah rumah tangga dari sungai di Jakarta banyak yang terdampar di pulau ini. Jadi jangan heran jika merapat di pulau ini, anda akan melihat hamparan sampah di sepanjang rawa-rawa pulau ini.
Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, jangan lewatkan untuk mampir ke Pulau Damar Besar yang terkenal dengan mercu suarnya. Bangunan mercu suar yang terletak di pinggir pantai ini sangat jelas terlihat ketika kapal mulai mendekati pulau
Mercu suar yang dibangun Belanda atas perintah Raja Willem III pada tahun 1879 ini masih tampak kokoh dan bersih meski beberapa jendela sudah terlihat pecah. Bagian dalamnya yang terbuat dari besi juga masih kuat menahan beban para pengunjung yang akan naik ke atas. Untuk menjaga kondisi didalamnya, pengunjung diwajibkan untuk melepas alas kaki sebelum naik ke puncak mercu suar. Kekuatan sinar lampunya yang dapat terlihat dari jarak 20 mil laut ini masih bisa dinikmati hingga sekarang. Pemandangan indah juga dapat anda saksikan dari puncak mercu suar setinggi 52 meter ini.
Ingin mengeksplor lebih dalam? Di dalam Pulau Damar Besar ini juga terdapat sekitar lima buah bekas benteng Belanda lengkap dengan ruang bawah tanahnya. Hanya saja anda perlu bantuan penduduk setempat untuk menemukannya karena benteng-benteng tersebut letaknya di dalam hutan yang cukup lebat.
Onrust masa kini.
Setelah melewati masa sebanyak tiga ratus tahun lebih, Onrust kini lebih dari sekedar pulau kapal. Onrust kini memang tak sesibuk dulu, namun peranan pulau ini sebagai taman arkeologi membuat Onrust tak bisa benar-benar ‘beristirahat’
Banyak juga pengunjung yang datang ke pulau ini untuk mempelajari sejarah. Pulau yang kini hanya didiami oleh tiga anggota kepala keluarga ini masih menyisakan keanggunannya di masa lalu. Anda masih bisa menyaksikan bekas fondasi bangunan kincir angin, bekas bunker dan bahkan bekas bangunan toilet yang kini nampak gelap dan porak-poranda.
Onrust hingga kini memang tak pernah tenang. Kini setelah ia ‘tak pernah istirahat’ dari perbaikan kapal-kapal Belanda, sebagai tempat berkumpulnya rombongan jemaah haji dan para orang sakit, Onrust sekarang juga tak ‘istirahat’ dari kunjungan wisatawan yang ingin belajar sejarah tentang kekuatan armada laut Belanda di Laut Jawa dulu atau yang hanya sekedar ingin berfoto-foto. Onrust memang tak pernah benar-benar 'beristirahat'.