Tuesday, April 22, 2008

Curug Nangka - Bogor






Perjalanan Tim Mata Angin terus berlanjut. Setelah Jelajah Museum Jakarta dan camping dadakan di Halimun, kali ini kami berwisata ke Curug Nangka, Bogor. Kawasan yang terletak di area Taman Nasional Gunung Salak ini cukup populer di kalangan masyarakat Bogor dan Jakarta. Khususnya para penggemar kegiatan alam bebas. Sayangnya kali ini Angin Barat, Silvia tidak bisa ikut karena harus dinas ke luar kota.

Planning berkepanjangan.
Rencana ke Curug Nangka ini sebenarnya cukup lama waktunya. Mulai dari rencana awal sekedar wisata kuliner di Bogor, ke Pulau Pramuka dan akhirnya pilihan jatuh ke Curug Nangka. Tadinya kami berencana setelah turun dari Curug Nangka, kami akan berwisata kuliner di Bogor, namun karena kondisi yang tak memungkinkan, akhirnya kami lebih memilih untuk menghabiskan waktu dan energi di Curug Nangka.

Tentang Curug
Lokasi Curug Nangka sendiri sebenarnya cukup mudah dijangkau. Dari terminal Baranangsiang bisa dilanjutkan dengan angkot hijau 06 jurusan Ramayana. Turun di Ramayana dilanjutkan dengan angkot biru jurusan Curug Nangka. Cukup banyak para sopir angkot yang berteriak-teriak “Curug!... Curug!”

Jalan menuju Curug Nangka lebih mudah diakses dengan ojek. Jika anda kuat, silahkan berjalan kaki. Jalan ke pintu gerbang berjarak sekitar 2km dari jalur angkot. Jangan terkecoh dengan curug-curug yang lain. Lokasi Curug Nangka sebenarnya ada di bagian bawah. Jalur menuju curug ini harus melewati tengah sungai yang diapit jurang-jurang batu yang mirip lorong-lorong.

Sementara jalur mendaki mengantarkan kami ke puncak Curug Nangka dan jika diteruskan akan sampai di Curug Kawung.

Camping is the Best
Pengunjung Curug Nangka banyak yang terdiri dari keluarga dan pasangan muda-mudi. Namun kebanyakan dari mereka hanya datang dan pergi tanpa menginap. Kami merencanakan perjalanan ini dengan tujuan nge-camp alias camping. Areal camping sendiri tidak terlalu luas seperti areal perkemahan lain. Lokasi di sini lebih banyak bukit dan tebing-tebing yang diselimuti hutan-hutan

Suasana malam akan lebih indah jika anda membuka tenda disini pada pertengahan bulan dan cuaca cerah. Ditemani terangnya purnama dan ribuan bintang pasti akan menjadi kenangan tak terlupakan. Sayangnya saat itu kami hanya disinari purnama ketika lewat tengah malam karena cuaca mendung dari sore hari dan hujan yang turun mengguyur kami.

Posisi favourit jika kami naik gunung.
Jika kami camping di areal pegunungan, biasanya yang jalan paling depan adalah Alel. Maklum, dia anak Mapala! Posisi tengah diisi siapa saja (Indri atau Silvi) asal bukan saya. Saya sendiri biasa mengambil posisi di belakang dengan tujuan jika terjadi sesuatu dengan teman-teman wanita didepan saya, saya bisa langsung teriak ke Alel.

Fungsi saya itu sebetulnya cuma formalitas. Saya selalu dibelakang sebetulnya karena tenaga saya yang kalah bersaing dengan yang muda-muda. Belum lagi kondisi perut yang sudah tidak seramping dulu dan backpack 65liter yang sering membuat saya ngos-ngosan.

Rute ke Curug Kawung.
Rute ke Curug Kawung ini lumayan sulit. Penuh dengan tanjakan dan turunan curam yang licin. Namun begitu tiba di Curug Kawung, hilanglah semua rasa lelah yang penuh derita. Kami cukup tertegun dengan air terjun yang lokasinya terbuka ini. Menurut petugas setempat, ada lima buah curug di daerah ini namun kami tak menemukan tiga curug lainnya karena lokasinya yang masih jauh lagi.

The Amazing Pak Rahmat.
Ketika hendak ke Curug Nangka, kami ditemani oleh Pak Rahmat, seorang penjaga Taman Nasional yang usianya sudah lanjut namun masih kuat naik turun bukit. Pak Rahmat ini sudah hafal betul semua jalur di area ini bahkan sampai lompatan-lompatan langkah ketika kita menuju Curug Nangka. Dia hafal sekali batu mana yang harus dipijak. Luar biasa!... Selain itu Pak Rahmat juga dengan senang hati mengajari kami tentang jenis-jenis tumbuhan dan manfaatnya.

I miss our Fantastic Four
Sebenarnya saya merindukan kami bisa melakukan perjalanan berempat lagi. Setelah Jelajah Museum Jakarta di bulan Maret, kami tidak lagi pernah pergi lengkap berempat. Di Halimun, kami hanya bertiga, yaitu Alel, saya dan Silvi. Dan sekarang giliran Silvi yang tak bisa ikut kami padahal Indri bisa ikut. Mudah-mudah di perjalanan kami bulan depan ke Green Canyon, Pangandaran, kami bisa pergi berempat dengan lengkap. Hmmm... I miss our Fantastic Four!
Powered By Blogger