Wednesday, April 04, 2007

Beyond "The Labyrinth"

Belum lama ini saya sempat nonton sebuah film (DVD bajakan) yang judulnya “Pan’s Labyrinth”. Yang saya tahu film ini adalah berbahasa spanyol karena memang film ini adalah film non-Hollywood (produksi Spanyol). Bintang-bintangnya pun tidak ada yang tenar, jalan ceritanya sedikit lebih kaku namun sinematografinya sangat indah.

Meskipun begitu, saya sudah sangat mengincar film ini sejak setahun lalu karena menurut berita, film ini adalah salah satu kandidat piala Oscar 2007 untuk kategori film berbahasa asing terbaik dan film ini bertema dongeng fantasi anak-anak. Sekilas, kita pasti berpikir film ini tidak jauh dari bayang-bayang Harry Potter atau Narnia yang akrab dengan dunia remaja dan dapat ditonton anak-anak. Namun setelah menonton, ternyata film ini bukanlah konsumsi anak-anak sama sekali. Banyak adegan sadis, seram dan menjijikkan yang ditampilkan. Adegan penyiksaan seorang tawanan perang dengan dipukuli palu, seorang kapten yang mulutnya disobek dengan pisau, kaki yang diamputasi dengan gergaji, wajah orang yang dipukuli gagang pistol hingga hancur lebur hingga makhluk-makhluk imajinasi yang menyeramkan, kerap menghiasi film ini dan semuanya diperlihatkan secara detail dan close-up. Jadi, jika suatu saat film ini tayang di bioskop, jangan ajak anak-anak untuk menontonnya. Lebih baik ajak teman, suami, istri atau selingkuhan agar bisa berpegangan tangan lebih mesra saat adegan-adegan sadis dan seram berlangsung.

Film ini sendiri bercerita tentang seorang gadis kecil bernama Ofelia yang tinggal dengan ibunya yang sedang mengandung dan ayah tirinya yang kejam. Meskipun hidup menderita karena kekejaman ayah tirinya, Ofelia yang senang dengan cerita-cerita dongeng tidak pernah putus asa. Dalam kepedihannya, ia selalu membebaskan dirinya dengan berkhayal. Begitu senangnya Ofelia dengan dunia dongengnya, maka penonton pun sulit membedakan mana khayalan, mana kenyataan dalam film ini. Hari demi hari, siksaan yang dialami Ofelia semakin buruk dan hanya dunia mimpinyalah yang bisa menyelamatkan dirinya dari tekanan kesedihan. Hingga suatu hari, Ofelia pun mati ditembak oleh ayah tirinya sendiri.

Jangan berharap Happy Ending di film ini, karena banyak kematian dan kepedihan yang menghiasi film dari awal hingga akhir meskipun ilustrasi musiknya sangat bagus. Namun di akhir film, saya jadi berpikir bahwa sebenarnya film ini mewakili kehidupan umat manusia di bumi. Manusia lahir dengan kasih sayang (meskipun terbatas) layaknya Ofelia yang disayangi ibunya dari lahir namun ayah kandungnya meninggal dalam perang. Penderitaan-penderitaan Ofelia yang ditangkis dengan kecintaannya pada dunia dongeng mewakili tekanan hidup manusia yang kemudian berusaha mencari jati dirinya dengan berbagai macam substansi, seperti beragama, menekuni hobby, mempelajari ilmu-ilmu, depresi, frustasi, narkoba, rokok, bahkan bunuh diri. Dan pada akhirnya ketika ajal tiba, kita tidak bisa memilih dengan cara apa nyawa kita diambil namun kita bisa memilih dengan cara apa kita menghadapinya. Ketika Ofelia akan dibunuh oleh ayah tirinya, ia berlari meminta bantuan makhluk Faun yang selama ini menemaninya dalam angan-angan. Namun sebelum dunia mimpinya berhasil menyelamatkannya, peluru terlanjur menembus dadanya. Dalam hembusan nafasnya yang terakhir justru mengantarkannya dalam dunia yang selama ini begitu dalam dicintainya, yaitu dunia dongeng. Ia menghadapi ajalnya dengan memilih menggunakan imajinasinya untuk meraih kecintaannya pada dunia dongeng.

Hingga dalam kematiannya, Ofelia tersenyum bahagia. Tidak satupun yang mengerti dunia imajinasi Ofelia kecuali dirinya sendiri, tidak satupun kerabatnya yang merngerti mengapa ia meninggal dengan tersenyum.

Nah, bagaimana dengan kita? Cara apa yang akan kita pilih untuk menghadapi ajal? Sudahkah kita menemukan apa yang kita cintai begitu dalam? Sesuatu yang selalu menemani kita bahkan disaat yang paling berat sekalipun? Sesuatu yang selalu menyelamatkan kita dari tekanan hidup layaknya dunia dongeng Ofelia yang selalu menyelamatkannya dari kepedihan? Sesuatu yang dapat membuat kita menghadapi ajal dengan tersenyum?

No comments:

Powered By Blogger