Air mata ini rasanya tidak terbendung lagi ketika kedua tangan asyik melaju membalik halaman demi halaman buku "Laskar Pelangi." Saya jadi inget masa kecil saya dulu yang saya tidak bakalan lupa.
Saya memiliki sahabat bernama Azman Syukron. Saya sering sekali menggodanya. Karena wajahnya yang (maaf) tidak tampan sama sekali dan saat itu saya sedang kegandrungan komik Tintin (terutama "TinTin di Tibet), maka saya sering memanggil Azman dengan "Yeti." Sebutan untuk makhluk purba berjalan tegap di pegunungan Himalaya. Kontan si Azman ini langsung ngamuk-ngamuk nggak keruan. Saya sempat ditonjoknya hingga saya nangis terjengkang ha ha ha... Tapi saya amat merindukannya. Setelah itu kami kembali bermain seolah tak terjadi apapun.
Ada lagi teman saya bernama Adi dan Ary. Mereka ini anak kembar siam yang mempunyai karakter saling bertolak belakang. Adi mempunyai sifat agak rendah diri, tidak cerdas, kalau bicara dengannya harus diulang-ulang karena dia susah mengerti sesuatu dan penampilannya agak kucel. Sedangkan Ary sangat bertolak belakang. Ia anak yang cerdas, sepat mengerti sesuatu dan selalu berpenampilan necis. Kebetulan Adi adalah teman sekelas saya. Sebagai anak yang tergolong hyperaktif saya selalu ingin menggoda siapa saja. Percaya nggak percaya, emosi saya suka memuncak jika berhadapan dengan si Adi ini. Maka setiap jam istirahat, saya sering memukulinya di halaman sekolah. Sementara si Ary hanya memperhatikan kami berdua. Diam, tidak membela si Adi dan justru malah menegurnya ketika kami berkelahi. "Kamu sih bandel, makannya kamu dipukulin," begitu kata si Ary kepada si Adi yang sudah babak belur saya tonjokin.
Anehnya si Adi ini tidak pernah benci sama saya. Setiap sore jam 4 Teng! Dia selalu menelpon saya dan berbasa-basi layaknya saya adalah sahabat nomor wahidnya. O my God! What i've done?
Lalu ada lagi si Ahmad yang pincang karena polio. Ahmad ini keturunan Sunda. Bapaknya seorang pilot Garuda dan dia punya kakak perempuan cantik bernama Lisa. Ahmad karena kekurangan fisiknya, ia tidak bisa berjalan normal. I selalu ditinggal teman-temannya ketika berjalan pulang sekolah. Apalagi berlari, mungkin itu hanya ada dalam angan-angannya. Nggak tahu kenapa, saya tertarik bersahabat dengannya. Entah Kasihan atau apa, saya selalu menyuruh supir saya pulang ketika saya dijemput supir pulang sekolah. Saya lebih baik menemaninya berjalan kaki daripada duduk adem dalam mobil.
Bayangkan, kami bersekolah di kota Balikpapan awal tahun 1980-an. Sekolah kami terletak di daerah yang jalannya naik turun, berkelok-kelok seperti tikungan maut Padalarang. Dan jarak ke rumah juga tidak dekat. Tapi ada kenyamanan ketika saya berjalan bersama Ahmad. Menemaninya hingga kami berpisah disebuah persimpangan. Kadang saya iseng nganterin di sampai rumahnya yang lebih jauh dari rumah saya.
Sambil membaca Laskar Pelangi, rasa rindu itu semakin menyala sembari bertanya-tanya. Dimana mereka sekarang?...
Friday, October 05, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

1 comment:
Hi,....saya dapat link ini dari milis IBP. Wah senangnya, dari Balikpapan ya? Sama.... Lam kenal ya.
Besok saya mo backpacking nih ke Tawau...
C you...
http://qeong-ungu.9fx.biz
Qee
Post a Comment